Efektivitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTs
Tribakti Kunjang
Kabupaten
Kediri
Fitri Ria Nur ‘Aini, Sulistiono, Mumun Nurmilawati
Program Studi Pendidikan Biologi, Program Sarjana, Universitas Nusantara PGRI Kediri
Email : fitririanuraini@gmail.com; sulistiono.unp@gmail.com;
mumunnurmila68@gmail.com
Abstrak
Proses belajar mengajar pada dasarnya
adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi
pendidikan. Pada pelajaran
IPA khususnya Biologi pada tingkatan SMP/MTs masih didominasi oleh guru pada
kegiatan belajar mengajarnya, akibatnya siswa
pasif, suasana kelas membosankan, dan siswa kurang peduli terhadap materi yang diajarkan sehingga keaktifan siswa rendah yang berdampak pula pada hasil belajarnya.
Dari latar belakang di atas
diperlukan solusi untuk mengatasi kesenjangan tersebut yakni dengan menerapkan
model pembelajaran Think-Pair-Share
dimana tahapan model tersebut dapat mengubah pola interaksi siswa agar aktif di
kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) model Kemmis & Taggart dengan subyek penelitian siswa kelas VII-A
MTs Tribakti Kunjang. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, menggunakan
instrumen berupa lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi aktifitas
guru, angket
respon siswa, dan soal tes
evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan
siswa dengan
perolehan hasil pada siklus I sebesar 65,2%
keaktifan siswa berada dikategori rendah dan siklus II sebesar 47,8% keaktifan
siswa berada dikategori sedang. Aspek ketuntasan minimal pada
pra penelitian, guru menggunakan KKM sesuai sekolah yakni 70
rata-rata 64,61 dengan soal tingkat C1 dan C2. Setelah dilakukan penerapan
model Think-Pair-Share dengan
tingkatan soal C3-C4 rata-rata menjadi 45,74 dan pada siklus II rata-ratanya
menjadi
78. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Keaktifan, Think-Pair-Share,
Kooperatif
PENDAHULUAN
Pada proses
belajar mengajar pasti terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Setelah melihat hasil ulangan harian siswa kelas VII-A di MTs
Tribakti Kunjang, hasil yang dicapai rata-rata masih banyak yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dari 23 siswa, 10 siswa masih dibawah KKM
dengan soal ulangan tingkat C1 dan C2. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan
oleh rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan, guru
lebih bersifat dominan dalam pembelajaran dan menerapkan metode ceramah yang
tidak meningkatkan keaktifan. Permasalahan guru tersebut berdampak pada siswa
dikelas. Hasil observasi diketahui bahwa proses pembelajaran IPA terpadu di
kelas VII A MTs Tribakti Kunjang tahun ajaran 2015/2016 secara umum menunjukkan
bahwa proses pembelajaran belum optimal. Hal ini tampak pada proses
pembelajaran ditemukan kelemahan yaitu: (1) siswa kurang aktif dalam
pembelajaran biologi, (2) kurangnya kesadaran siswa untuk memahami pelajaran
secara mandiri (3) kurangnya keberanian siswa dalam bertanya (4) kurangnya
kepedulian siswa dalam pembelajaran biologi. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan model
pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa sekaligus hasil
belajarnya. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah,asih,dan asuh
sehingga tercipta masyarakat belajar (learning
community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama
siswa (Rusmaryanti, 2013)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Think-Pair-Share. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Pada intinya model pembelajaran kooperatif tipe ini menerapkan tahapan berpikir,
berpasangan, dan berbagi (Trianto, 2010). Tahapan awal yang dilakukan
dalam model pembelajaran TPS adalah guru memberikan suatu permasalahan kepada
siswa untuk diminta memikirkan jawaban secara individu, selanjutnya guru
meminta siswa berpasangan dengan teman sebangku untuk mendiskusikan jawaban
masing-masing, dan yang terakhir diskusi secara klasikal dengan
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Kelebihan dari model
pembelajaran ini yaitu siswa diberikan kesempatan bekerja sama, siswa dilatih
untuk berpikir menyelesaikan masalah terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam
materi, menghidupkan suasana kelas yang aktif, menyenangkan, kreatif, efektif
dan menyenangkan.
Penelitian
terdahulu yang melatarbelakangi pemilihan model Think-Pair-Share ini adalah pembelajaran ini meningkatkan hasil
belajar biologi pada siswa kelas VIII A MTs Al Huda 2 Jenawi Karanganyar tahun
pelajaran 2012/2013 meningkat dari siklus I, II, dan III yaitu
7,64<7,71<8,14 (Rusmaryanti, 2013) , hasil belajar siswa meningkat pada materi
Gejala Atmosfer dan Hidrosfer Serta Dampaknya Bagi Kehidupan yaitu rata-rata
67,42 menjadi 71,84 (Permitasari dkk, 2012), dan meningkatnya keaktifan belajar
dan pemahaman konsep siswa kelas VII C SMPN Ngemplak (Fitriani, 2014). Dari
implementasi penerapan model pembelajaran TPS inilah yang nantinya menjadi tujuan pembelajaran yakni meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa.
Aktif berarti
giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau
keadaan dimana siswa dapat aktif. keaktifan siswa merupakan suatu keadaan
dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini
keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru,
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat,
bertanya apabila ada penjelasan guru yang kurang jelas dan aktif mengerjakan
soal yang diberikan guru. Dari keaktifan siswa tersebut maka diharapkan akan
berdampak juga pada hasil belajar siswa. Dalam prakteknya, hasil belajar diukur
dengan tes evaluasi dimana tes tersebut siswa diberikan pertanyaan permasalahan
yang menuntut siswa untuk berpikir kritis dengan tujuan membiasakan siswa untuk
mengembangkan pola pikir mereka sehingga hasil belajar siswa meningkat.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang dilakukan secara kolaboratif dengan menggunakan model Kemmis
and Taggart (Arikunto, 2006). Tahapan-tahapan dari model ini adalah perencanaan (plan),
pelaksanaan dan pengamatan (act &
observe), dan refleksi (reflect). Dalam
penelitian ini dilakukan dua siklus.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A MTs Tribakti
Kunjang pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 8 siswa
putra dan 15 siswa putri. Penelitian ini dilakukan di VII-A MTs Tribakti
Kunjang pada semester genap bulan
Februari sampai April 2016. Instrumen yang digunakan adalah perangkat
pembelajaran, lembar observasi, rubrik penilaian, soal evaluasi, dokumentasi, dan catatan
lapangan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
metode observasi, angket, tes dan
dokumentasi.
Analisis data
keaktifan siswa dilakukan dengan menghitung data kuantitatif yang didapatkan
pada rubrik penilaian keaktifan siswa. Setelah didapatkan data kuantitatif,
maka data diolah untuk dianalisis secara deskriptif/kualitatif.
Tabel 1.
Kriteria keaktifan
No
|
Kriteria
|
Aspek
|
Nilai
|
1.
|
Bertanya
|
Jika siswa tidak pernah bertanya
|
1
|
Jika siswa jarang bertanya (1 kali)
|
2
|
||
Jika siswa sering bertanya (2 kali)
|
3
|
||
Jika siswa selalu bertanya (3 kali)
|
4
|
||
Jika siswa selalu bertanya (≥3 kali)
|
5
|
||
2.
|
Menjawab
|
Jika siswa tidak pernah menjawab
|
1
|
Jika siswa jarang menjawab (1 kali)
|
2
|
||
Jika siswa sering menjawab (2 kali)
|
3
|
||
Jika siswa selalu menjawab (3 kali)
|
4
|
||
Jika siswa selalu menjawab (≥3 kali)
|
5
|
||
3.
|
Kerjasama
|
Jika siswa tidak pernah bekerja sama
|
1
|
Jika siswa jarang bekerja sama (1 kali)
|
2
|
||
Jika siswa sering bekerja sama (2kali)
|
3
|
||
Jika siswa selalu bekerja sama (3kali)
|
4
|
||
Jika siswa selalu bekerja sama ((≥3kali)
|
5
|
||
4.
|
Mengemukakan Ide
|
Jika siswa tidak pernah mengemukakan ide
|
1
|
Jika siswa jarang mengemukakan ide (1 kali)
|
2
|
||
Jika siswa sering mengemukakan ide (2 kali)
|
3
|
||
Jika siswa selalu mengemukakan ide (3kali)
|
4
|
||
Jika siswa selalu mengemukakan
ide ((≥3kali)
|
5
|
Tabel 2. kategori keaktifan :
Interval
|
Kategori
|
X≥16,5
|
Sangat Tinggi
|
13,5≥X≤16,5
|
Tinggi
|
10,5≥X<13,5
|
Sedang
|
8,5≥X≤10,5
|
Rendah
|
X<8,5
|
Sangat Rendah
|
Sumber : data primer yang diolah
menurut Azwar (2013 dalam Fitriyani 2014)
Teknik analisis data yang digunakan untuk
mengetahui skor hasil evaluasi belajar siswa adalah menggunakan tes akhir
siklus. Soal pada tes ini terdapat 5 butir soal essay yang masing-masing mendapat nilai sesuai rubrik
penilaian Asesment Berpikir Kritis menurut Finken dan Ennis yang sudah
dimodifikasi (Zubaidah dkk, 2015).
Tabel 3. Rubrik penilaian hasil
belajar
Skor
|
Deskriptor
|
5
|
· Semua konsep
benar, jelas, dan spesifik
· Semua uraian
jawaban benar, jelas, dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat, benar,
argumen jelas
· Alur berfikir
baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu
· Tata bahasa
baik dan benar
· Semua aspek
nampak, bukti baik, dan seimbang
|
4
|
· Sebagian besar
konsep benar, jelas namun kurang spesifik
· Sebagian besar uraian
jawaban benar, jelas namun kurang spesifik
· Alur berfikir
baik , sebagian besar konsep saling berkaitan dan terpadu
· Tata bahasa
baik dan benar, ada kesalahan kecil
· Semua aspek
nampak, namun belum seimbang
|
3
|
· Sebagian konsep
benar dan jelas
· Sebagian kecil
uraian jawaban benar dan jelas, namun alasan dan argumen tidak jelas
· Alur berfikir
cukup baik, sebagian kecil saling berkaitan
· Tata bahasa
cukup baik, ada kesalahan dalam ejaan
· Sebagian besar
aspek yang nampak benar
|
2
|
· Konsep kurang
fokus atau berlebihan atau meragukan
· Uraian jawaban
tidak mendukung
· Alur berfikir
kurang baik, konsep tidak saling berkaitan
· Tata bahasa
baik, kalimat tidak lengkap
· Sebagian kecil
aspek yang nampak benar
|
1
|
· Semua konsep
tidak benar atau tidak mencukupi
· Alasan tidak benar
· Alur berfikir
tidak baik
· Tata bahasa
tidak baik
· Secara
keseluruhan aspek tidak mencukupi
|
0
|
Tidak ada jawaban atau jawaban salah
|
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Keaktifan Siswa
Aktifitas siswa
pada penelitian ini mengacu pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Berikut adalah hasil dari keaktifan siswa:
Tabel 4. Hasil
keaktifan siswa
Kategori
|
Pra siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Jumlah siswa/
Presentase
|
Jumlah siswa/
Presentase
|
Jumlah siswa/
Presentase
|
|
Sangat Tinggi
|
-
|
0 (0%)
|
0 (0%)
|
Tinggi
|
-
|
1 (4,3%)
|
5 (21,7%)
|
Sedang
|
-
|
6 (26%)
|
11(47,8%)
|
Rendah
|
-
|
15 (65,2%)
|
7 (30,4%)
|
Sangat Rendah
|
23 (100%)
|
1 (4,3%)
|
0 (0%)
|
Dalam pengamatan yang dilakukan pada pra tindakan,
keseluruhan siswa menunjukkan keaktifan yang sangat rendah. Sangat rendah nya
keaktifan siswa membuat siswa jadi pasif dan tidak terlalu memperhatikan
penjelasan guru. Tetapi setelah memasuki siklus, beberapa siswa sudah mulai
menunjukkan keaktifannya. Aktifitas siswa pada penelitian ini mengacu pada
aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan pada
siklus 1, dari 23 siswa 15 diantaranya
berada dikategori rendah dan ada 1 siswa berada dikategori sangat rendah
sedangkan pada siklus II siswa tidak
lagi mendominasi kategori rendah, siswa dominan berada di kategori sedang 11
siswa dan tinggi 5 siswa. Meskipun siswa masih belum secara maksimal
bisa aktif didalam kelas, dengan penerapan model pembelajaran ini, keaktifan
siswa yang dahulunya sangat rendah sedikit demi sedikit bisa meningkat
B.
Hasil
Belajar
Berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan pada siklus 1 dan 2 yang diperoleh dari tes evaluasi akhir siklus
hasil belajar siswa meningkat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian
siswa tuntas dan ada sebagian lain yang belum tuntas. Dari pra penelitian siswa
hanya menerima soal dengan tingkatan C1 dan C2, tetapi setelah memasuki siklus
soal evaluasi menjadi tingkatan C3 dan C4.
Berikut
adalah rata-rata hasil belajar:
Gambar 1. Grafik
rata-rata hasil belajar
Ketuntasan siswa dilihat dari KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang didapatkan dari perhitungan KKM KD pada sub bab materi
plantae diperoleh hasil yaitu 68 dengan rata-rata nilai pada siklus I 45,74 dan
siklus II 78. Sedangkan pra penelitian KKM mengacu pada sekolah yakni 70 dengan
rata-rata nilai 64,61 pada sub bab ciri-ciri makhluk hidup.
Sesuai perhitungan
KKM KD, KKM yang digunakan adalah 68. KKM Individual yaitu apabila siswa
dibawah KKM maka siswa tersebut dinyatakan belum tuntas. KKM Klasikal yaitu
jumlah siswa mendapat nilai sama dengan KKM atau diatas KKM. Berikut adalah
grafik jumlah siswa yang tuntas dan yang belum tuntas:
Gambar 2. Grafik
ketuntasan Klasikal siswa
C. Hasil Angket
Dari sembilan
pertanyaan yang tersaji dalam angket, rata-rata siswa menjawab “Ya” mendapatkan
presentase 87% dan rata-rata yang menjawab “Tidak” berjumlah 13%. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak nya presentase siswa yang menjawab “Ya”
menunjukkan siswa merasa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share menarik, menyenangkan,
memotivasi mereka untuk belajar aktif dan bekerja sama, mudah dimengerti, media
yang digunakan menarik sehingga membantu memahami materi dan soal-soal evaluasi
dengan tingkatan beripikir kritis sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga dengan
penerapan model belajar kooperatif siswa mampu menemukan konsep-konsep dasar
suatu materi dengan mandiri dan berdampak pada hasil evaluasi. Siswa merasa
senang dengan adanya kegiatan kelompok, selain aktif dalam kegiatan belajar
siswa juga dilatih untuk selalu menemukan hal baru dalam materi yang akan
diajarkan. Karena pembelajaran menyenangkan siswa akan terbiasa menyambut
pelajaran dengan senang hati, mereka merasa tidak sendirian dalam mempelajari
materi pelajaran karena adanya diskusi, dengan begitu mereka akan berusaha
memahami dan saling bertukar ide sehingga hasil belajar yang terintegrasi
berpikir kritis meningkat sekaligus dengan keaktifan siswa dalam kelas.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
mengenai keaktifan siswa dan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA sub
bab materi Plantae dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada siswa kelas VII-A
MTs Tribakti Kunjang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktifitas siswa pada
pra penelitian hingga siklus II. Pra penelitian menunjukkan keaktifan siswa
yang sangat rendah bahkan pasif, sedangkan pada
siklus 1, dari 23 siswa 15 diantaranya berada dikategori rendah (65,2%) dan
pada siklus II siswa tidak lagi mendominasi kategori rendah, siswa dominan
berada di kategori sedang 11 siswa (47,8%)
dan tinggi 5 siswa (21,7%)
2.
Model pembelajaran Think-Pair-Share
(TPS)
dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya
peningkatan hasil belajar siswa. Pada ketuntasan minimal pada pra
penelitian guru menggunakan KKM sesuai sekolah yakni 70 rata-rata 64,61 dengan
soal tingkat C1 dan C2. Setelah dilakukan penerapan model Think-Pair-Share dengan tingkatan soal C3 dan C4 rata-rata menjadi
45,74 dan pada siklus II rata-rata 78
B. Saran
Penelitian selanjutnya
hendaknya menggunakan Lesson Study untuk mencapai hasil yang maksimal pada
pengamatan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Fitriani, A E. 2014. Peningkatan Keaktifan Belajar Dan Pemahaman
Konsep Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas VII
Semester Gasal SMP N 2 Ngemplak
Tahun 2013/ 2014). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fitriyani,W. dan
Sugiman. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Teorema Pythagoras Dengan Pendekatan Ideal
Berbantuan Geogebra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta : Jurnal Riset Pendidikan Matematika,
1(2), November 2014
Permitasari, F.,
Budi H., dan Buranda J P. 2012. Penerapan
Model Pembelajaran Think Pair Share Berbasis Keterampilan Berfikir Kritis Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-F Smpn 18 Malang. Malang:
Universitas Negeri Malang
Rusmaryanti,
D. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share)
pada Siswa Kelas VIIIA Mts Al Huda 2 Jenawi Karanganyar Tahun Pelajaran
2012/2013. Karanganyar: Jurnal Pendidikan, 22(3), Nopember 2013
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Prenada Media Group
Zubaidah, S.,
Corebima, A D., dan Mistianah. 2015.
Asesmen Berfikir Kritis Terintegrasi Tes Essay. Symposium on Biology Education ISBN: 978-602-72412-0-6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar