Rabu, 23 November 2016

SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-1 Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang

            Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTs Tribakti Kunjang
Kabupaten Kediri
Fitri Ria Nur ‘Aini,  Sulistiono, Mumun Nurmilawati
Program Studi Pendidikan Biologi, Program Sarjana, Universitas Nusantara PGRI Kediri
Email : fitririanuraini@gmail.com; sulistiono.unp@gmail.com; mumunnurmila68@gmail.com

Abstrak
Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Pada pelajaran IPA khususnya Biologi pada tingkatan SMP/MTs masih didominasi oleh guru pada kegiatan belajar mengajarnya, akibatnya siswa pasif, suasana kelas membosankan, dan siswa kurang peduli terhadap  materi yang diajarkan sehingga keaktifan siswa rendah yang berdampak pula pada hasil belajarnya. Dari latar belakang di atas diperlukan solusi untuk mengatasi kesenjangan tersebut yakni dengan menerapkan model pembelajaran Think-Pair-Share dimana tahapan model tersebut dapat mengubah pola interaksi siswa agar aktif di kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis & Taggart dengan subyek penelitian siswa kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, menggunakan instrumen berupa lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi aktifitas guru, angket respon siswa, dan soal tes evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan siswa dengan perolehan hasil pada siklus I sebesar 65,2% keaktifan siswa berada dikategori rendah dan siklus II sebesar 47,8% keaktifan siswa berada dikategori sedang. Aspek ketuntasan minimal pada pra penelitian, guru menggunakan KKM sesuai sekolah yakni 70 rata-rata 64,61 dengan soal tingkat C1 dan C2. Setelah dilakukan penerapan model Think-Pair-Share dengan tingkatan soal C3-C4 rata-rata menjadi 45,74 dan pada siklus II rata-ratanya menjadi 78. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Keaktifan, Think-Pair-Share, Kooperatif



PENDAHULUAN
Pada proses belajar mengajar pasti terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Setelah melihat hasil ulangan harian siswa kelas VII-A di MTs Tribakti Kunjang, hasil yang dicapai rata-rata masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dari 23 siswa, 10 siswa masih dibawah KKM dengan soal ulangan tingkat C1 dan C2. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan, guru lebih bersifat dominan dalam pembelajaran dan menerapkan metode ceramah yang tidak meningkatkan keaktifan. Permasalahan guru tersebut berdampak pada siswa dikelas. Hasil observasi diketahui bahwa proses pembelajaran IPA terpadu di kelas VII A MTs Tribakti Kunjang tahun ajaran 2015/2016 secara umum menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum optimal. Hal ini tampak pada proses pembelajaran ditemukan kelemahan yaitu: (1) siswa kurang aktif dalam pembelajaran biologi, (2) kurangnya kesadaran siswa untuk memahami pelajaran secara mandiri (3) kurangnya keberanian siswa dalam bertanya (4) kurangnya kepedulian siswa dalam pembelajaran biologi. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa sekaligus hasil belajarnya. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah,asih,dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa (Rusmaryanti, 2013)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Think-Pair-Share. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)  merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Pada intinya model pembelajaran kooperatif tipe ini menerapkan tahapan berpikir, berpasangan, dan berbagi (Trianto, 2010). Tahapan awal yang dilakukan dalam model pembelajaran TPS adalah guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa untuk diminta memikirkan jawaban secara individu, selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dengan teman sebangku untuk mendiskusikan jawaban masing-masing, dan yang terakhir diskusi secara klasikal dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Kelebihan dari model pembelajaran ini yaitu siswa diberikan kesempatan bekerja sama, siswa dilatih untuk berpikir menyelesaikan masalah terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam materi, menghidupkan suasana kelas yang aktif, menyenangkan, kreatif, efektif dan menyenangkan. Penelitian terdahulu yang melatarbelakangi pemilihan model Think-Pair-Share ini adalah  pembelajaran ini meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII A MTs Al Huda 2 Jenawi Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 meningkat dari siklus I, II, dan III yaitu 7,64<7,71<8,14 (Rusmaryanti, 2013) , hasil belajar siswa meningkat pada materi Gejala Atmosfer dan Hidrosfer Serta Dampaknya Bagi Kehidupan yaitu rata-rata 67,42 menjadi 71,84 (Permitasari dkk, 2012), dan meningkatnya keaktifan belajar dan pemahaman konsep siswa kelas VII C SMPN Ngemplak (Fitriani, 2014). Dari implementasi penerapan model pembelajaran TPS inilah yang nantinya menjadi tujuan pembelajaran yakni meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Aktif berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, bertanya apabila ada penjelasan guru yang kurang jelas dan aktif mengerjakan soal yang diberikan guru. Dari keaktifan siswa tersebut maka diharapkan akan berdampak juga pada hasil belajar siswa. Dalam prakteknya, hasil belajar diukur dengan tes evaluasi dimana tes tersebut siswa diberikan pertanyaan permasalahan yang menuntut siswa untuk berpikir kritis dengan tujuan membiasakan siswa untuk mengembangkan pola pikir mereka sehingga hasil belajar siswa meningkat.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan secara kolaboratif dengan menggunakan model Kemmis and Taggart (Arikunto, 2006). Tahapan-tahapan dari model ini adalah perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Dalam penelitian ini dilakukan dua siklus.  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 8 siswa putra dan 15 siswa putri. Penelitian ini dilakukan di VII-A MTs Tribakti Kunjang pada semester genap bulan  Februari sampai April 2016. Instrumen yang digunakan adalah perangkat pembelajaran, lembar observasi, rubrik penilaian,  soal evaluasi, dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode observasi, angket,  tes dan dokumentasi.
Analisis data keaktifan siswa dilakukan dengan menghitung data kuantitatif yang didapatkan pada rubrik penilaian keaktifan siswa. Setelah didapatkan data kuantitatif, maka data diolah untuk dianalisis secara deskriptif/kualitatif.

Tabel 1. Kriteria keaktifan
No
Kriteria
Aspek
Nilai
1.
Bertanya
Jika siswa tidak pernah bertanya
1
Jika siswa jarang bertanya (1 kali)
2
Jika siswa sering bertanya (2 kali)
3
Jika siswa selalu bertanya (3 kali)
4
Jika siswa selalu bertanya (3 kali)
5
2.
Menjawab
Jika siswa tidak pernah menjawab
1
Jika siswa jarang menjawab (1 kali)
2
Jika siswa sering menjawab (2 kali)
3
Jika siswa selalu menjawab (3 kali)
4
Jika siswa selalu menjawab (3 kali)
5
  3.
Kerjasama
Jika siswa tidak pernah bekerja sama
1
Jika siswa jarang bekerja sama (1 kali)
2
Jika siswa sering bekerja sama (2kali)
3
Jika siswa selalu bekerja sama (3kali)
4
Jika siswa selalu bekerja sama ((≥3kali)
5
4.
Mengemukakan Ide
Jika siswa tidak pernah mengemukakan ide
1
Jika siswa jarang mengemukakan ide (1 kali)
2
Jika siswa sering mengemukakan ide (2 kali)
3
Jika siswa selalu mengemukakan ide (3kali)
4
Jika siswa selalu mengemukakan ide ((≥3kali)
5

Tabel 2. kategori keaktifan :
Interval
Kategori
X≥16,5
Sangat Tinggi
13,5≥X≤16,5
Tinggi
10,5≥X<13,5
Sedang
8,5≥X≤10,5
Rendah
X<8,5
Sangat Rendah
Sumber : data primer yang diolah menurut Azwar (2013 dalam Fitriyani 2014)

 Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui skor hasil evaluasi belajar siswa adalah menggunakan tes akhir siklus. Soal pada tes ini terdapat 5 butir soal essay yang  masing-masing mendapat nilai sesuai rubrik penilaian   Asesment Berpikir Kritis menurut Finken dan Ennis yang sudah dimodifikasi (Zubaidah dkk, 2015).

Tabel 3. Rubrik penilaian hasil belajar
Skor
Deskriptor
5
·   Semua konsep benar, jelas, dan spesifik
·   Semua uraian jawaban benar, jelas, dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat, benar, argumen jelas
·   Alur berfikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu
·   Tata bahasa baik dan benar
·   Semua aspek nampak, bukti baik, dan seimbang
4
·   Sebagian besar konsep benar, jelas namun kurang spesifik
·   Sebagian besar uraian jawaban benar, jelas namun kurang spesifik
·   Alur berfikir baik , sebagian besar konsep saling berkaitan dan terpadu
·   Tata bahasa baik dan benar, ada kesalahan kecil
·   Semua aspek nampak, namun belum seimbang
3
·   Sebagian konsep benar dan jelas
·   Sebagian kecil uraian jawaban benar dan jelas, namun alasan dan argumen tidak jelas
·   Alur berfikir cukup baik, sebagian kecil saling berkaitan
·   Tata bahasa cukup baik, ada kesalahan dalam ejaan
·   Sebagian besar aspek yang nampak benar
2
·   Konsep kurang fokus atau berlebihan atau meragukan
·   Uraian jawaban tidak mendukung
·   Alur berfikir kurang baik, konsep tidak saling berkaitan
·   Tata bahasa baik, kalimat tidak lengkap
·   Sebagian kecil aspek yang nampak benar
1
·   Semua konsep tidak benar atau tidak mencukupi
·   Alasan tidak benar
·   Alur berfikir tidak baik
·   Tata bahasa tidak baik
·   Secara keseluruhan aspek tidak mencukupi
0
Tidak ada jawaban atau jawaban salah

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Keaktifan Siswa
Aktifitas siswa pada penelitian ini mengacu pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran. Berikut adalah hasil dari keaktifan siswa:

Tabel 4. Hasil keaktifan siswa
Kategori
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah siswa/
Presentase
Jumlah siswa/
Presentase
Jumlah siswa/
Presentase
Sangat Tinggi
-
0 (0%)
0 (0%)
Tinggi
-
1 (4,3%)
5 (21,7%)
Sedang
-
6 (26%)
11(47,8%)
Rendah
-
15 (65,2%)
7 (30,4%)
Sangat Rendah
23 (100%)
1 (4,3%)
0 (0%)

Dalam pengamatan yang dilakukan pada pra tindakan, keseluruhan siswa menunjukkan keaktifan yang sangat rendah. Sangat rendah nya keaktifan siswa membuat siswa jadi pasif dan tidak terlalu memperhatikan penjelasan guru. Tetapi setelah memasuki siklus, beberapa siswa sudah mulai menunjukkan keaktifannya. Aktifitas siswa pada penelitian ini mengacu pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus 1, dari 23 siswa 15 diantaranya berada dikategori rendah dan ada 1 siswa berada dikategori sangat rendah sedangkan pada siklus II siswa tidak lagi mendominasi kategori rendah, siswa dominan berada di kategori sedang 11 siswa dan tinggi 5 siswa. Meskipun siswa masih belum secara maksimal bisa aktif didalam kelas, dengan penerapan model pembelajaran ini, keaktifan siswa yang dahulunya sangat rendah sedikit demi sedikit bisa meningkat

B.      Hasil Belajar
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus 1 dan 2 yang diperoleh dari tes evaluasi akhir siklus hasil belajar siswa meningkat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian siswa tuntas dan ada sebagian lain yang belum tuntas. Dari pra penelitian siswa hanya menerima soal dengan tingkatan C1 dan C2, tetapi setelah memasuki siklus soal evaluasi menjadi tingkatan C3 dan C4.
Berikut adalah rata-rata hasil belajar:


 Gambar 1. Grafik rata-rata hasil belajar

Ketuntasan siswa dilihat dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang didapatkan dari perhitungan KKM KD pada sub bab materi plantae diperoleh hasil yaitu 68 dengan rata-rata nilai pada siklus I 45,74 dan siklus II 78. Sedangkan pra penelitian KKM mengacu pada sekolah yakni 70 dengan rata-rata nilai 64,61 pada sub bab ciri-ciri makhluk hidup.
Sesuai perhitungan KKM KD, KKM yang digunakan adalah 68. KKM Individual yaitu apabila siswa dibawah KKM maka siswa tersebut dinyatakan belum tuntas. KKM Klasikal yaitu jumlah siswa mendapat nilai sama dengan KKM atau diatas KKM. Berikut adalah grafik jumlah siswa yang tuntas dan yang belum tuntas:
Gambar 2. Grafik ketuntasan Klasikal siswa

C.      Hasil Angket
Dari sembilan pertanyaan yang tersaji dalam angket, rata-rata siswa menjawab “Ya” mendapatkan presentase 87% dan rata-rata yang menjawab “Tidak” berjumlah 13%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak nya presentase siswa yang menjawab “Ya” menunjukkan siswa merasa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share menarik, menyenangkan, memotivasi mereka untuk belajar aktif dan bekerja sama, mudah dimengerti, media yang digunakan menarik sehingga membantu memahami materi dan soal-soal evaluasi dengan tingkatan beripikir kritis sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga dengan penerapan model belajar kooperatif siswa mampu menemukan konsep-konsep dasar suatu materi dengan mandiri dan berdampak pada hasil evaluasi. Siswa merasa senang dengan adanya kegiatan kelompok, selain aktif dalam kegiatan belajar siswa juga dilatih untuk selalu menemukan hal baru dalam materi yang akan diajarkan. Karena pembelajaran menyenangkan siswa akan terbiasa menyambut pelajaran dengan senang hati, mereka merasa tidak sendirian dalam mempelajari materi pelajaran karena adanya diskusi, dengan begitu mereka akan berusaha memahami dan saling bertukar ide sehingga hasil belajar yang terintegrasi berpikir kritis meningkat sekaligus dengan keaktifan siswa dalam kelas.

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai keaktifan siswa dan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA sub bab materi Plantae dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada siswa kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.         Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktifitas siswa pada pra penelitian hingga siklus II. Pra penelitian menunjukkan keaktifan siswa yang sangat rendah bahkan pasif, sedangkan pada siklus 1, dari 23 siswa 15 diantaranya berada dikategori rendah (65,2%) dan pada siklus II siswa tidak lagi mendominasi kategori rendah, siswa dominan berada di kategori sedang 11  siswa (47,8%) dan tinggi 5 siswa (21,7%)
2.        Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada ketuntasan minimal pada pra penelitian guru menggunakan KKM sesuai sekolah yakni 70 rata-rata 64,61 dengan soal tingkat C1 dan C2. Setelah dilakukan penerapan model Think-Pair-Share dengan tingkatan soal C3 dan C4 rata-rata menjadi 45,74 dan pada siklus II rata-rata 78

B.    Saran
Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan Lesson Study untuk mencapai hasil yang maksimal pada pengamatan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Fitriani, A E. 2014. Peningkatan Keaktifan Belajar Dan Pemahaman Konsep Dengan Model Pembelajaran  Kooperatif  Tipe Think-Pair-Share (TPS) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas VII Semester Gasal SMP N 2 Ngemplak Tahun 2013/ 2014). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fitriyani,W. dan Sugiman. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Teorema Pythagoras Dengan Pendekatan Ideal Berbantuan Geogebra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta : Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(2), November 2014
Permitasari, F., Budi H., dan Buranda J P. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share Berbasis Keterampilan Berfikir Kritis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-F Smpn 18 Malang. Malang: Universitas Negeri Malang
Rusmaryanti, D. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) pada Siswa Kelas VIIIA Mts Al Huda 2 Jenawi Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Karanganyar: Jurnal Pendidikan, 22(3), Nopember 2013
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group
Zubaidah, S., Corebima, A D., dan Mistianah.  2015. Asesmen Berfikir Kritis Terintegrasi Tes Essay. Symposium on Biology Education ISBN: 978-602-72412-0-6



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peristiwa Penting Menjelang Kemerdekaan

Menyerahnya Jepang terhadap Sekutu Penyerahan Jepang terhadap sekutu terjadi setelah peristiwa pengeboman di Nagasaki dan Hiroshima. Pen...