MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN BERPIKIR KRITIS
SISWA
MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA SUB BAB
PLANTAE KELAS VII A MTS TRIBAKTI KUNJANG
KABUPATEN
KEDIRI
SKRIPSI
Diajukan Untuk
Memenuhi Sebagian Syarat Guna
Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Program Studi
Pendidikan Biologi
OLEH :
FITRI RIA NUR ‘AINI
NPM: 12.1.01.06.0016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2016
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama :
Fitri Ria Nur ‘Aini
Jenis Kelamin :
Perempuan
Tempat/tgl. Lahir :
Kediri, 29 Maret 1994
NPM :
12.1.01.06.0016
Fak/Jur/Prodi :
FKIP/ S1 Pendidikan Biologi
Menyatakan dengan
sebenarnya, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang pernah
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara sengaja dan tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Kediri,
1 Juli 2016
Yang
Menyatakan
FITRI RIA NUR ‘AINI
12.1.01.06.0016
Motto :
Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(Q.s. al-Mujadalah : 11)
“Barangsiapa
yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan
mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu
masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling
mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat
serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para
malaikat.” (HR. Muslim)
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan
engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu
kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan.
-Khalifah Ali bin Abi Talib-
-Khalifah Ali bin Abi Talib-
Kupersembahkan karya ini
buat :
Seluruh keluargaku tercinta
ABSTRAK
Fitri Ria
Nur ‘Aini: Meningkatkan
Keaktifan Dan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
-Pair- Share Pada Sub Bab Plantae
Kelas VII A
MTs Tribakti Kunjang Kabupaten Kediri, Skripsi, Pendidikan Biologi, FKIP UN PGRI, 2016.
Pembelajaran IPA khususnya Biologi pada tingkatan
SMP/MTs masih didominasi oleh guru pada kegiatan belajar mengajar, disamping
materi hanya berupa bacaan juga banyaknya materi yang disampaikan membuat guru
terfokus pada penyampaian materi kepada peserta didik tanpa melibatkan mereka.
Akibatnya siswa pasif, suasana kelas membosankan, tidak adanya keingintahuan,
dan siswa kurang peduli terhadap materi
yang diajarkan sehingga nilai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa
rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share dimana model pembelajaran kooperatif ini
nantinya bisa mengubah pola interaksi siswa saat kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan yang biasanya hanya ceramah diubah menjadi diskusi dan pengamatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan berpikir
kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. Metode
yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis &
Taggart dengan subyek penelitian siswa kelas VII-A MTs
Tribakti Kunjang. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, menggunakan
instrumen berupa lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi aktifitas
guru, angket respon siswa, dan soal evaluasi berpikir kritis. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, tes berpikir kritis
menggunakan Asesmen Berpikir Kritis menurut Finken dan Ennis
(1993 dalam Zubaidah 2015), angket, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah
keaktifan siswa siklus I dominan di kategori rendah yaitu sejumlah 15 siswa
dari 23 siswa, siklus II mengalami peningkatan dimana siswa tidak lagi
mendominasi kategori rendah, 11 siswa berada di kategori sedang dan 5 siswa
dikategori tinggi. Rata-rata perolehan skor berpikir kritis pada siklus I adalah 11 sedangkan
siklus II adalah 19 dari skor ideal yang seharusnya adalah 25. Sedangkan aspek ketuntasan
minimal pada pra penelitian guru menggunakan KKM sesuai sekolah yakni 70
rata-rata 64,61 dengan soal tingkat C1 dan C2. Setelah dilakukan penerapan
model Think-Pair-Share dengan
tingkatan soal C3-C4 rata-rata menjadi 45,74 dan pada siklus II rata-ratanya
menjadi
78. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat
meningkatkan keaktifan sekaligus berpikir kritis siswa.
Kata kunci : Berpikir Kritis, Keaktifan, Think-Pair-Share
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan-Nya
tugas penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Meningkatkan Keaktifan Dan Berpikir
Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
-Pair- Share (TPS) Pada Sub Bab Plantae Kelas VII A Mts Tribakti Kunjang Kabupaten Kediri” ini ditulis guna memenuhi
sebagai syarat untuk memproleh gelar Sarjana Pendidikan, pada Jurusan
Pendidikan Biologi FKIP UN PGRI Kediri.
Pada kesempatan ini diucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:
1.
Dr. Sulistiono, M.Si selaku Rektor UN PGRI dan Dosen Pembimbing 1 yang
selalu memberikan dorongan motivasi kepada mahasiswa
2.
Dr. Hj. Sri Panca Setyawati, M.Pd, selaku Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3.
Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri
4.
Mumun Nurmilawati, M.Pd selaku dosen pembimbing 2 yang
telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan ide untuk membimbing, mengoreksi,
dan merevisi skripsi ini sehingga mencapai kebaikan
5.
Bapak dan Ibu dosen beserta staf akademika Program
Studi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri
6.
Achmad Yunus,S.Ag selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah
Tribakti Kunjang yang telah bersedia memberikan izin penelitian dalam
pengambilan data skripsi
7.
Jovi Saputra Wahyu R.,S.Pd selaku guru mata pelajaran
IPA MTs Tribakti Kunjang sekaligus kolaborator dalam penelitian tindakan kelas
8.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
Disadari bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangan, maka diharapkan tegur sapa, kritik, dan
saran-saran, dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhrinya, disertai
harapan semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi kita semua, khususnya bagi dunia
pendidikan, meskipun hanya ibarat setitik air bagi samudra luas.
Kediri,
1 Juli 2016
FITRI
RIA NUR ‘AINI
12.1.01.06.0016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN …........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN …........................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ….................................................................. v
ABSTRAK ….......................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL …........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ….................................................................................... .xii
DAFTAR LAMPIRAN …................................................................................. .xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang Masalah...................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................... 3
C.
Tujuan
Penelitian................................................................................. 4
D.
Kegunaan
Penelitian .......................................................................... 4
E.
Hipotesis Tindakan …......................................................................... 5
BAB II KAJIAN
PUSTAKA.............................................................................. 6
A.
Pembelajaran
Kooperatif ……………………………………………6
B.
Model
pembelajaran Think-Pair-Share...............................................7
C.
Keaktifan.............................................................................................8
D.
Berpikir
Kritis.....................................................................................10
E.
Relevansi Pemilihan
Model Kooperatif tipe Think-Pair-Share
…..... 12
F.
Kerangka
Berpikir.............................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 15
A.
Subyek dan Setting Penelitian ............................................................ 15
B.
Prosedur Penelitian.............................................................................. 15
C.
Instrumen
Pengumpulan Data ............................................................ 18
D.
Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 20
E.
Teknik Analisis Data........................................................................... 22
F.
Jadwal
Peneltian ................................................................................. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN ….............................. 29
A.
Gambaran Selintas Setting Penelitian ................................................ 29
B.
Dekskripsi Temuan
Penelitian …....................................................... 30
C.
Pembahasan dan
Pengambilan Kesimpulan ….................................. 39
1.
Aktifitas Guru pada
Pembelajaran Kooperatif
Think-Pair-Share ….................................................................. 40
2.
Aktifitas Keaktifan
Siswa Menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
........................................... 41
3.
Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 42
4.
Berpikir Kritis Siswa
Menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share…........................................ 44
5.
Respon Siswa Terhadap
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share
….......................................................... 45
D.
Kendala dan
Keterbatasan …............................................................ 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ….............................................................. 52
A.
Simpulan …........................................................................................ 48
B.
Saran .................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 52
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
3.1 : Format Perhitungan
Rentangan ............................................................. 23
3.2 : Kategori Keaktifan ................................................................................ 24
3.3 : Aspek Keaktifan Siswa ......................................................................... 24
3.4 : Rubrik Penilaian Berpikir
Kritis............................................................. 26
4.1 : Jadwal Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas..................................... 30
4.2 : Perolehan Skor Aktivitas guru pada Siklus I.......................................... 33
4.3 : Jumlah Siswa Yang Aktif
siklus I.......................................................... 34
4.4 : Perolehan Skor Aktivitas Guru Pada Siklus II....................................... 37
4.5 : Jumlah Siswa Yang Aktif siklus
II......................................................... 38
4.6 : Hasil Respon Siswa terhadap
Model Pembelajaran TPS........................ 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
2.1 : Diagram Kecakapan Berpikir
Kritis ….................................................. 10
2.2 : Diagram Kerangka
Berpikir .................................................................. 14
1.1 : Siklus PTK model Kemmis &
Taggart................................................... 16
4.1 : Rata-rata hasil Aktifitas
Guru pada Siklus I dan Siklus II..................... 41
4.2 : Hasil Keaktifan Siswa............................................................................ 42
4.3 : Grafik Rata-rata Hasil
Belajar Siswa...................................................... 43
4.4 : Grafik Ketuntasan Klasikal
Siswa.......................................................... 43
4.5 : Rata-rata Skor Hasil
Evaluasi Berpikir Kritis......................................... 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Proses pembelajaran atau proses belajar mengajar pada dasarnya
adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi
pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran,
keuletan, dan sikap terbuka. Akan tetapi ketika dilakukan pengamatan proses
pembelajaran dikelas dan wawancara kepada guru IPA di MTs Tribakti Kunjang
seringkali guru terlalu asyik menyampaikan seluruh materi sehingga siswa
kurang memberi tanggapan karena mereka hanya bertugas untuk mendengarkan dan
hanya sesekali diberi kesempatan untuk bertanya. Selain itu, guru merasa materi
yang akan diberikan dalam satu tahun pembelajaran terlalu banyak sehingga guru
harus mengejar target dan tergesa-gesa dalam menyelesaikan materinya. Demikian pula siswa dituntut adanya semangat dan dorongan
untuk belajar.
1
|
Proses belajar mengajar pasti terdapat beberapa kelemahan yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Setelah melihat hasil ulangan harian siswa kelas VII-A di MTs
Tribakti Kunjang, hasil yang dicapai rata-rata masih banyak yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dari 23 siswa, 10 siswa masih dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan soal ulangan tingkat C1 dan C2. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh rendahnya
pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan, guru lebih bersifat
dominan dalam pembelajaran dan menerapkan metode ceramah yang tidak
meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. Pemilihan
model pembelajaran yang tepat diperlukan karena akan sangat menentukan
kemampuan siswa dalam meningkatkan motivasi sehingga menjadi aktif dan memahami konsep materi dengan benar
hingga diharapkan tingkat kemampuan berpikir kritis
meningkat.
Salah satu model pembelajaran adalah TPS
(Think Pair Share). Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
atau berpikir, berpasangan, berbagi (Trianto, 2010:81) merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Stuktur
yang dimaksudkan sebagai alternatif pengganti terhadap struktur kelas
tradisional. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil (2-6 anggota). Tipe TPS (Think Pair Share) memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih
banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain
(Rusmaryanti,2013). Penerapan model pembelajaran ini akan diiplementasikan pada materi sub bab
plantae, dimana materi ini berisi tentang dunia tumbuhan mulai dari tumbuhan
tingkat rendah hingga tumbuhan tingkat tinggi. Alasan pemilihan materi ini
yaitu ketersediaannya tumbuhan yang berlimpah di alam juga dalam kehidupan
sehari-hari pun kita hidup berdampingan dengan tumbuhan. Dengan begitu, peserta
didik menjadi lebih tertarik untuk mengeksplorasi pengetahuannya terkait dunia
tumbuhan dengan ditunjang model yang sesuai dan pembelajaran yang menyenangkan.
Dengan latar
belakang masalah tersebut maka diharapkan nantinya siswa bisa lebih
aktif di dalam kelas dan kemampuan berpikir kritis bisa lebih meningkat dengan
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah:
1.
Apakah
model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada sub bab
materi plantae di kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang?
2.
Apakah
model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada sub
bab materi plantae di kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan model pembelajaran
Think-Pair-Share (TPS) pada sub bab
materi plantae di kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang
2. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan model
pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) pada
sub bab materi plantae di kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian
tindakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran dengan tujuan dapat
meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa dan memberikan keterampilan
guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
2. Bagi Siswa
Menambah motivasi
belajar agar kemampuan berpikir kritis meningkat, melatih siswa untuk aktif dan
kreatif dalam pembelajaran
3.
Bagi Sekolah
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah terutama untuk mata
pelajaran IPA terpadu
4. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan
pengetahuan tentang pemahaman pembelajaran
biologi
dan penerapannya
E. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada sub bab
materi plantae di kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada sub
bab materi plantae di kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah,asih,dan asuh
sehingga tercipta masyarakat belajar (learning
community). Siswa tidak hanya belajar dari guru,tetapi juga dari sesama
siswa (Rusmaryanti, 2013). Pembelajaran kooperatif yang
merupakan suatu sistim yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling
terkait. Elemen-elemen itu adalah: (a) Saling ketergantungan positif yaitu guru
menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. (b)
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok
sehingga mereka dapat berdialog. (c) Akuntabilitas individual, penilaian
kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok
secara individual. (d) Ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau
ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan Nurhadi (2004 dalam Rusmaryanti, 2013). Untuk
mengoptimalkan Cooperative learning, keanggotaannya sebaiknya heterogen,
baik dari kemampuan atau karakteristik lainnya. Untuk menjamin heterogenitas
keanggotaan kelompok, sebaiknya gurulah yang membagi kelompok. Jika para siswa
yang mempunyai kemampuan yang berbeda dimasukkan dalam satu kelompok, maka
dapat memberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan
rendah dan sedang, sedangkan siswa yang pandai akan dapat menstransfer ilmu
yang dimilikinya. Ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan produktivitas kelompoknya. Ukuran
kelompok yang ideal untuk Cooperative learning adalah 2-5 orang (Wibowo, 2013).
B.
Model
pembelajaran Think-Pair-Share
Model
pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan siswa untuk belajar berpikir
mandiri dan menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Akbar (2013) menyatakan
bahwa dalam model Think-Pair-Share guru mengajukan pertanyaan atau isu
dan meminta setiap siswa memikirkan jawaban atau penjelasannya. Selanjutnya
siswa diminta berpasangan dan mendiskusikan jawaban atau penjelasan tadi.
Seorang siswa akhirnya diminta menyampaikan kepada seluruh siswa secara
klasikal hal-hal yang telah didiskusikan bersama pasangannya. Langkah model
pembelajaran Think- Pair -Share:
a.
Tahap berpikir (Think). guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berkaitan dengan pelajaran, kemudian meminta siswa
memikirkan jawaban atau penjelasan dari
isu tersebut secara mandiri beberap saat. Siswa tidak diperkenankan memberi
tahu kepada siswa lain pada tahap ini.
b.
Tahap berpasangan ( Pair ), guru
meminta setiap siswa untuk
berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan jawaban yang
telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban
bersama jika pertanyaan telah diajukan
atau penyampaian ide bersama khusus telah di identifikasi.
c.
Tahap berbagi (Share), guru meminta
pasangan-pasangan tersebut
untuk berbagi atau
bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai jawaban yang telah mereka
bicarakan. Langkah ini akan lebih
efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain
sehingga seperempat atau separuh dari pasangan- pasangan tersebut memperoleh
kesempatan untuk melapor.
C.
Keaktifan
Aktif berarti giat
(bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan
dimana siswa dapat aktif. keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa
berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa
terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, bertanya apabila
ada penjelasan guru yang kurang jelas dan aktif mengerjakan soal yang diberikan
guru.
Keaktifan
siswa banyak macamnya, para ahli mencoba mengadakan klasifikasi mengenai hal
tersebut, antara lain Hamalik (2011) membagi keaktifan belajar menjadi 8
kelompok, sebagai berikut:
1.
Kegiatan-kegiatan
visual: membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi pameran, mengamati orang lain bekerja
atau bermain.
2.
Kegiatan-kegiatan
lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
berwawancara atau diskusi.
3.
Kegiatan-kegiatan
mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrument musik, atau
mendengarkan siaran radio.
4.
Kegiatan-kegiatan
menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes atau mengisi angket.
5.
Kegiatan-kegiatan
menggambar: menggambar, membuat grafik, membuat diagram, membuat peta atau
pola.
6.
Kegiatan-kegiatan
metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat
model menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, atau berkebun.
7.
Kegiatan-kegiatan
mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,
menemukan hubungan-hubungan, atau membuat keputusan.
8.
Kegiatan-kegiatan
emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas dan bersifat
tumpang tindih.
D. Berpikir
kritis
Norris dan Ennis (1989 dalam
Zubaidah dkk. 2015) membagi komponen
kemampuan penguasaan pengetahuan menjadi lima keterampilan, yang selanjutnya
disebut keterampilan berpikir kritis, seperti dipaparkan berikut. (1)
Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), meliputi:
memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan
yang membutuhkan penjelasan atau tantangan. (2) Membangun keterampilan dasar (basic
support), meliputi: mempertimbangkan kredibilitas sumber dan melakukan
pertimbangan observasi. (3) Penarikan kesimpulan (inference), meliputi:
menyusun dan mempertimbangkan deduksi, menyusun dan mempertimbangkan induksi,
menyusun keputusan dan mempertimbangkan hasilnya. (4) Memberikan penjelasan
lebih lanjut (advanced clarification), meliputi: mengidentifikasi
istilah dan mempertimbangkan definisi, dan mengidentifikasi asumsi. (5)
Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics), meliputi:
menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
Gambar 2.1 Diagram kecakapan
berpikir kritis (Muanisah,2010)
Berikut adalah deskripsi dari ke enam kecakapan berpikir
kritis utama menurut Muanisah (2010):
1.
Interpretasi,
adalah memahami dan mengekspresikan makna atau
signifikan dari berbagai macam pengalaman, situasi, data,
kejadian-kejadian, penilaian, kebiasaan atau adat, kepercayaan-kepercayaan,
aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria.
2.
Analisis,
adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensional
yang dimaksud dan aktual diantara pernyataan-pernyataan,
pertanyaanpertanyaan, konsep-konsep, deskripsi-deskripsi.
3.
Evaluasi,
adalah menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau
representasi-representasi yang merupakan laporan-laporan atau deskripsi
kekuatan logis dari hubungan-hubungan inferensional atau dimaksud diantara
pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-pertanyaan atau
bentuk-bentuk representasi lainnya.
4.
Inference,
mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang masuk akal, membuat
dugaan-dugaan dan hipotesis, dan menyimpulkan konsekuensi-konsekuensi dari
data.
5.
Penjelasan,
mampu menyatakan hasil-hasil dari penjelasan seseorang mempresentasikan
penalaran seseorang dalam bentuk argumen-argumen yang kuat.
6.
Regulasi
diri, berarti secara sadar diri memantau kegiatan-kegiatan kognitif seseorang,
unsur-unsur yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan tersebut dan hasil-hasil
yang diperoleh, terutama dengan menerapkan kecakapan-kecakapan di dalam
analisis dan evaluasi untuk penelitian penilaian inferensial sendiri dengan
memandang pada pertanyaan, konfirmasi, validitas atau mengoreksi baik
penalarannya atau hasil-hasilnya
Pengukuran kemampuan berfikir kritis
dapat dilakukan dengan beberapa asesmen berformat tes open ended yang
disampaikan oleh Ennis (2011 dalam
Zubaidah dkk., 2015) sebagai berikut:
a.
Tes pilihan ganda
dengan penjelasan tertulis.
b.
Tes essay berfikir
kritis.
c.
Tes unjuk kerja (performance
assessment).
Usulan untuk asesmen berfikir kritis cenderung
menggunakan format tes essay. Reiner dkk.
(2002 dalam Zubaidah dkk.,2015) menjelaskan bahwa pada umumnya
para pendidik lebih memilih menggunakan tes essay dari pada bentuk yang lain
karena bentuk ini mendorong siswa untuk menunujukkan respon atau jawaban
daripada hanya memilih jawaban. Beberapa kelebihan tes essay adalah (Zubaidah
dkk., 2015)
a.
Dapat digunakan untuk
menilai kemampuan berfikir tingkat
tinggi atau kemampuan berfikir kritis
b.
Dapat mengevaluasi
proses berfikir dan bernalar siswa
c.
Memberikan pengalaman
autentik
E.
Relevansi Pemilihan Model Kooperatif tipe Think-Pair-Share
Penelitian yang relevan dengan
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rusmaryanti (2013) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)
dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII A MTs Al Huda 2
Jenawi Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian lain dilakukan oleh
Permitasari (2013), menyimpulkan bahwa penelitian yang
dilakukan di kelas VII-F SMP Negeri 18 Malang dengan menggunakan model
pembelajaran Think - Pair - Share berbasis berfikir kritis dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi Gejala Atmosfer dan Hidrosfer Serta Dampaknya Bagi Kehidupan.
Penelitian lain dilakukan oleh Fitriani (2014) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dapat meningkatkan keaktifan belajar dan pemahaman konsep siswa.
F.
Kerangka
Berpikir
Pembelajaran di kelas VII-A
|
Setelah obervasi
|
Meningkatkan keaktifan dan berpikir
kritis siswa
|
(1)
siswa kurang aktif dalam pembelajaran biologi
(2)
kurang nya kesadaran siswa untuk memahami pelajaran secara
mandiri
(3)
kurangnya keberanian siswa dalam bertanya
(4)
kurangnya kepedulian siswa dalam
pembelajaran biologi
|
Variasi dalam proses KBM
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
|
1.
Guru
hanya menggunakan metode ceramah
2.
Materi
yang disampaikan sangat banyak
3.
Guru
menjelaskan materi terlalu cepat
4.
Kurangnya
interaksi antara guru dan siswa
|
Gambar 2.2 Diagram
kerangka berpikir
|
METODE
PENELITIAN
A.
Subjek dan Setting
Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII-A MTs Tribakti Kunjang pada tahun ajaran
2015/2016 sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 8 siswa putra dan 15 siswa putri.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di VII-A MTs Tribakti Kunjang
pada semester genap bulan Februari sampai April 2016.
B. Prosedur
Penelitian
Jenis
penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) yang dilakukan secara kolaboratif dengan menggunakan model
Kemmis and Taggart
(Arikunto,2006:16). Tahapan-tahapan dari model ini
adalah perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect).
Dalam penelitian ini dilakukan dua
siklus. Alur penelitiaanya adalah:
15
|
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis & Taggart (Arikunto,2006:74)
1. Perencanaaan (plan)
Pada tahap
ini menjelaskan tentang apa saja yang perlu dipersiapkan dan bagaimana tindakan
tersebut terlaksana dengan menggunakan model TPS. Langkah awal adalah dengan
mengidentifikasi masalah, analisis materi pembelajaran, kemudian membuat perecanaan pembelajaran, yaitu: menyiapkan
silabus, RPP, LKS, materi/bahan pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran.
Selain itu, peneliti juga menyiapkan instrumen pengumpulan data, yaitu: pedoman
observasi, soal tes untuk aspek berpikir kritis, pedoman angket keaktifan
siswa, lembar daftar nama siswa kelas VII-A, lembar
rekapitulasi nilai, dan lembar catatan lapangan.
2. Pelaksanaan dan
Observasi (Act & Observe)
Pelaksanaan tindakan pada
penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat
sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini guru melakukan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan bantuan media,
tanya jawab, ceramah, dan diskusi. Pada
tahap ini melakukan pengamatan proses
pembelajaran, apa yang dilakukan oleh guru dan
siswa. Pengamatan tersebut meliputi bagaimana aktivitas siswa, dan aktivitas
guru dalam menggunakan model Think-Pair-Share dengan bantuan media selama
pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran
dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan dan mencatat
kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat
lembar catatan lapangan juga dibantu dengan alat dokumentasi yaitu camera. Diakhir pembelajaran di adakan tes untuk
menguji tingkatan berpikir kritis siswa setelah proses pembelajaran.
3. Refleksi
(Reflection)
Kegiatan
refleksi dilakukan dengan cara diskusi dengan kolaborator untuk mengklarifikasi
proses pembelajaran, sudah sesuai dengan perencanaan atau belum dan hasil
belajarnya sudah tercapai atau belum dengan tujuan atau tindakan harus diadakan
revisi untuk kegiatan yang akan datang. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus
I kemudian disusun rencana tindakan selanjutnya untuk perbaikan atas kelemahan
dari tindakan sebelumnya dan masuk ke siklus 2 dan seterusnya hingga ditemukan
hasil dari tujuan penelitian.
C. Instrumen
Pengumpulan Data
1.
Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran dalam penelitian
ini adalah Silabus, RPP, Bahan ajar, LKS, dan Atlas.
a.
Silabus
Silabus yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu silabus yang sesuai Diknas dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan sesuai dengn indikator dan kegiatan
pembelajaran model Think-Pair-Share
b.
RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan sintak model
pembelajaran Think-Pair-Share
c.
Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan dalam
penelitian ini memuat materi plantae yang dikembangkan oleh peneliti sesuai
indikator yang akan dicapai dan kurikulum yang digunakan.
d.
LKS
Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam
penelitian ini disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan dimana
panduan aktifitas siswa sudah disajikan sesuai tujuan sintak model pembelajaran
Think-Pair-Share
e.
Atlas
Atlas yang digunakan dalam penelitian
ini berisi tentang informasi gambar dan keterangan plantae untuk membantu siswa
mengerjakan LKS
2.
Lembar
observasi Keaktifan
siswa dan Aktivitas Guru
Dalam penelitian ini digunakan lembar
observasi aktivitas (keaktifan) siswa dan guru. Lembar
observasi tersebut digunakan sebagai pedoman melakukan observasi atau
pengamatan untuk memeroleh informasi tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang teraplikasi dalam aktifitas siswa saat proses
pembelajaran. Lembar observasi dapat dilihat pada
lampiran 3.
3.
Angket
respon siswa
Angket
respons terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) berdasarkan
indikator-indikator model pembelajaran tersebut. Angket ini disusun untuk
mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan diakhir siklus. Angket respons
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat dilihat
pada lampiran 4.
4.
Rubrik
Penilaian Berpikir Kritis
Rubrik
penilaian kemampuan berpikir kritis disusun berdasarkan aspek dan indikator
berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini. Interval skor rubrik ini
ada lima yaitu 0, 1, 2, 3, 4,5. Terdapat kriteria yang telah ditentukan untuk
setiap skor tersebut. Rubrik skor penilaian kemampuan berpikir kritis dapat
dilihat pada lampiran 5.
5.
Tes Berpikir Kritis
Tes ini dilakukan di akhir pembelajaran(post-test), digunakan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat berpikir kritis siswa mengenai materi
plantae. Tes dilakukan setiap akhir siklus, sehingga didapatkan hasil tes
kemudian dilakukan refleksi. Soal untuk tes kemampuan berpikir kritis dapat
dilihat pada lampiran 6.
6.
Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
foto-foto selama proses pembelajaran. Tujuan dari
dokumentasi adalah untuk mengabadikan atau bukti melakukan penelitian.
Dokumentasi dapat dilihat pada lampiran 7.
7.
Catatan
lapangan
Catatatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai hasil
pengamatan dikelas yang tidak terdapat dilembar observasi dalam proses kegiatan
pembelajaran Think-Pair-Share.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan pada penelitian ini adalah
metode
observasi, metode tes, metode dokumentasi dan angket. Data diambil melalui
instrumen pengumpulan data. Adapun instrumen yang digunakan adalah perangkat
pembelajaran, lembar observasi, catatan
lapangan, tes, angket, dan dokumentasi. Sebelum dilakukan penelitian dikelas,
instrumen perangkat ajar divalidasi ahli terlebih dahulu yang nantinya akan
digunakan dalam pengambilan data.
1.
Metode Observasi
Observasi yang dilakukan dalam
penelitian dimaksudkan untuk menjaring data berupa aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar yang difokuskan pada keaktifan siswa, dan
keberhasilan pembelajaran guru
dengan mengunakan model pembelajaran
Think-Pair-Share. Selama pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) berlangsung, penelitin ini dibantu
beberapa observer yang mencatat
segala informasi dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi yang
digunakan yaitu lembar observasi guru untuk mengetahui sejauh mana keterampilan
guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan lembar observasi pengamatan keaktifan siswa untuk mengetahui
tingkat keaktifan siswa dikelas selama proses pembelajaran meliputi
bertanya, menjawab, bekerjasama, dan mengemukkan ide. Apabila terdapat beberapa catatan yang
tidak terdapat pada lembar observasi, observer menggunakan catatan lapangan
untuk mencatat secara tertulis mengenai hasil pengamatan di kelas.
2.
Metode Tes
Tes tertulis
berupa essay yang mengacu pada aspek berpikir kritis Ennis (2011) masing-masing
berjumlah lima soal dilakukan setiap akhir siklus
yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Penilaian berpikir kritis berpedoman pada rubrik
penilaian Finken dan Ennis dalam Zubaidah (2015).
3.
Angket
Pengisian angket respon terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
diberikan diakhir siklus penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup
dimana hanya ada jawaban “ya” dan “tidak”.
4.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk
memperkuat data yang kita peroleh dalam observasi. Dokumentasi dilakukan dengan
cara mengambil foto siswa pada saat
proses
pembelajaran berlangsung. Dokumen yang digunakan berupa daftar nilai siswa, daftar nama
siswa, Rencana Pelaksanan Pembelajaran dan lain-lain yang berfungsi untuk
mengetahui segala hal yang berhubungan dengan orang yang diteliti. Selama proses
pengambilan data, dokumentasi dilakukan untuk mengabadikan sekaligus sebagai
bukti dilakukannya penelitian.
E. Teknik
Analisis Data
1.
Analisis Data
Keaktifan Siswa
Analisis
data keaktifan siswa dilakukan dengan menghitung data kuantitatif yang
didapatkan pada rubrik penilaian keaktifan siswa. Setelah didapatkan data
kuantitatif, maka data diolah untuk dianalisis secara deskriptif/kualitatif. Cara menghitung presentase keaktifan siswa berdasarkan lembar
observasi untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Format Perhitungan rentangan
Interval
|
Kriteria
|
Sangat Tinggi
|
|
|
Tinggi
|
|
Cukup Tinggi
|
|
Kurang Tinggi
|
X≤
|
Tidak Tinggi
|
Azwar (2013 dalam Fitriyani 2014)
Keterangan:
= ½ (skor
maks ideal+skor min ideal)
SBi =
Simpangan baku ideal
=
(skor maks ideal – skor min ideal)
X =
Total skor aktual
Terdapat 4 kriteria aspek keaktifan yang masing-masing
mendapat skor sesuai indikator yang dicapai, sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
Data maksimum : 20
Data minimum : 4
-
Rerata
skor ideal : ½ x (20+4) = 12
-
Simpangan
baku ideal :
x (20-4) = 3
1,5x3 = 4,5
0,5x3 = 1,5
Tabel 3.2 Kategori Keaktifan
Interval
|
Kategori
|
X≥16,5
|
Sangat Tinggi
|
13,5≥X≤16,5
|
Tinggi
|
10,5≥X<13,5
|
Sedang
|
8,5≥X≤10,5
|
Rendah
|
X<8,5
|
Sangat Rendah
|
Setelah didapatkan perolehan
nilai setiap kategori, maka perhitungan keaktifan selanjutnya adalah mengacu
pada tabel 3.3. Dalam tabel tersebut dijelaskan aspek setiap kriteria dan nilai
yang diperoleh. Selanjutnya, nilai yang didapat siswa dijumlahkan untuk
selanjutnya disimpulkan siswa masuk kategori keaktifan sesuai skor yang
diperoleh.
Tabel 3.3 Aspek Keaktifan Siswa
No
|
Kriteria
|
Aspek
|
Nilai
|
1.
|
Bertanya
|
Jika
siswa tidak pernah bertanya
|
1
|
Jika
siswa jarang bertanya (1 kali)
|
2
|
||
Jika
siswa sering bertanya (2 kali)
|
3
|
||
Jika
siswa selalu bertanya (3 kali)
|
4
|
||
Jika
siswa selalu bertanya (≥3 kali)
|
5
|
||
2.
|
Menjawab
|
Jika
siswa tidak pernah menjawab
|
1
|
Jika
siswa jarang menjawab (1 kali)
|
2
|
||
Jika
siswa sering menjawab (2 kali)
|
3
|
||
Jika
siswa selalu menjawab (3 kali)
|
4
|
||
Jika
siswa selalu menjawab (≥3 kali)
|
5
|
||
3.
|
Kerjasama
|
Jika
siswa tidak pernah bekerja sama
|
1
|
Jika
siswa jarang bekerja sama (1 kali)
|
2
|
||
Jika
siswa sering bekerja sama (2kali)
|
3
|
||
Jika
siswa selalu bekerja sama (3kali)
|
4
|
||
Jika
siswa selalu bekerja sama (≥3kali)
|
5
|
||
4.
|
Mengemukakan
Ide
|
Jika
siswa tidak pernah mengemukakan ide
|
1
|
Jika
siswa jarang mengemukakan ide (1 kali)
|
2
|
||
Jika
siswa sering mengemukakan ide (2 kali)
|
3
|
||
Jika
siswa selalu mengemukakan ide (3kali)
|
4
|
||
Jika
siswa selalu mengemukakan ide (≥3kali)
|
5
|
2.
Analisis Data
Berpikir Kritis
Teknik
analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes kemampuan berpikir
kritis siswa. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui skor
kemampuan berpikir kritis siswa adalah menggunakan tes akhir siklus. Hasil
pekerjaan siswa pada tes tersebut diberi skor sesuai dengan pedoman atau rubrik
kemampuan berpikir kritis. Kemudian untuk masing-masing aspek yang diteliti
dari kemampuan berpikir kritis dari skor seluruh siswa yang mengikuti tes
dijumlah dan ditentukan persentase skornya. Setelah diperoleh persentase skor
setiap aspek pada kemampuan berpikir kritis, peneliti menentukan kriteria
persentase skor yang diperolah siswa. Soal pada tes kemampuan berpikir kritis terdapat 5
butir soal yang masing-masing mendapat
nilai sesuai rubrik penilaian dari Finken dan Ennis (1993) yang
sudah dimodifikasi dalam
Zubaidah dkk. (2015)
Tabel 3.4
Rubrik Penilaian berpikir kritis
Skor
|
Deskriptor
|
5
|
· Semua
konsep benar, jelas, dan spesifik
· Semua
uraian jawaban benar, jelas, dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,
benar, argumen jelas
· Alur
berfikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu
· Tata
bahasa baik dan benar
· Semua
aspek nampak, bukti baik, dan seimbang
|
4
|
· Sebagian
besar konsep benar, jelas namun kurang spesifik
· Sebagian
besar uraian jawaban benar, jelas namun kurang spesifik
· Alur
berfikir baik , sebagian besar konsep saling berkaitan dan terpadu
· Tata
bahasa baik dan benar, ada kesalahan kecil
· Semua
aspek nampak, namun belum seimbang
|
3
|
· Sebagian
konsep benar dan jelas
· Sebagian
kecil uraian jawaban benar dan jelas, namun alasan dan argumen tidak jelas
· Alur
berfikir cukup baik, sebagian kecil saling berkaitan
· Tata
bahasa cukup baik, ada kesalahan dalam ejaan
· Sebagian
besar aspek yang nampak benar
|
2
|
· Konsep
kurang fokus atau berlebihan atau meragukan
· Uraian
jawaban tidak mendukung
· Alur
berfikir kurang baik, konsep tidak saling berkaitan
· Tata
bahasa baik, kalimat tidak lengkap
· Sebagian
kecil aspek yang nampak benar
|
1
|
· Semua
konsep tidak benar atau tidak mencukupi
· Alasan
tidak benar
· Alur
berfikir tidak baik
· Tata
bahasa tidak baik
· Secara
keseluruhan aspek tidak mencukupi
|
0
|
Tidak
ada jawaban atau jawaban salah
|
Sumber : Finken dan Ennis (1993 dalam Zubaidah
dkk. 2015)
F.
28
|
No
|
Jenis kegiatan
|
Februari
|
Maret
|
April
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Tahap
perancanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Tahap
pelaksanaan dan pengamatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Tahap
refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Siklus
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Penyusunan
laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
29
|
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran
Selintas Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15-31
Maret 2016. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VII-A di MTs
Tribakti Kunjang Kabupaten Kediri, dengan siswa sebanyak 23 siswa yang terdiri
dari 8 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, dengan 2 kolaborator yaitu Jovi
Saputra Wahyu R.,S.Pd dan Lisnawati.
Berdasarkan
hasil survey pada bulan Agustus 2015, menunjukkan bahwa siswa masih kurang
aktif dalam pembelajaran, tingkat keantusiasan siswa dalam materi IPA kurang sehingga
keaktifan rendah dan berdampak pada hasil belajarnya. Siswa masih belum mampu
untuk berpikir kritis tentang konsep materi yang diajarkan dalam pembelajaran,
siswa masih terbiasa dengan metode ceramah dari guru sehingga cenderung pasif
untuk mengungkapkan ide-ide gagasan ataupun bertanya pada saat pembelajaran
berlangsung.
Jumlah siswa yang hadir
pada survey awal berjumlah 28 siswa, pada siklus I berjumlah 23 siswa, dan pada siklus II 23 siswa. Pada
siklus I siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik, namun masih belum
sepenuhnya sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu tingkat keaktifan
tergolong rendah sebesar 48% dan hasil post test berpikir kritis sebesar
45,70%. Pelaksanaan siklus II sama
dengan siklus I, guru dan siswa sudah mampu menyesuaikan
dengan model Think-Pair-Share.
Keaktifan dan berpikir kritis siswa juga mengalami peningkatan. Keaktifan siswa dari siklus
I
sebesar 48% meningkat menjadi 60% pada siklus II dan berpikir kritis siswa dari
siklus I sebesar 45,70% meningkat menjadi 78% pada siklus II.
B. Deskripsi
Temuan Penelitian
1.
Rencana
Umum Pelaksanaan Tindakan
Sebelum melaksanakan
penelitian tindakan kelas, dilakukan observasi dan wawancara kepada guru
tentang pembelajaran di kelas yang akan dilaksanakan penelitian tindakan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pembelajaran di kelas VII-A dengan
yang terdiri dari 23 siswa pada mata pelajaran IPA terpadu sub materi plantae
di MTs Tribakti Kunjang tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus. Siklus satu terdiri dari tiga pertemuan dengan rincian dua
pertemuan materi dan satu pertemuan post test. Siklus dua terdiri dari dua
pertemuan dengan rincian pertemuan pertama materi dan pertemuan kedua materi
dilanjutkan post test. Pada penelitian ini peneliti sebagai observer dibantu
oleh dua kolaborator yaitu guru dan pengamat. Berikut jadwal pelaksanaan
penelitian siklus I dan siklus II:
Tabel 4.1. Jadwal
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Siklus
|
Hari/tanggal
|
Waktu
|
Materi
|
I
|
Selasa/15
Maret 2016
|
10.30-12.00
|
Pengantar
Plantae, ganggang, dan Bryophyta
|
Kamis/17
Maret 2016
|
10.30-12.00
|
Bryophyta
|
|
Selasa/22
Maret 2016
|
10.30-12.00
|
Tes evaluasi
siklus 1
|
|
II
|
Selasa/29
Maret 2016
|
10.30-12.00
|
Pengantar
Pterydophyta
|
Kamis/31
Maret 2016
|
10.30-12.00
|
Pterydophyta
dan tes evaluasi siklus 2
|
2.
Pelaksanaan
Tindakan Pembelajaran Siklus 1
Siklus pertama terdiri dari
tiga tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action) dan observasi
(observation), refleksi (reflection).
a.
Perencanaan (planning)
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan adalah sebagai berikut:
1)
Menyusun surat pengantar penelitian ke sekolah
2)
Menyusun jadwal pelaksanaan penelitian seperti yang tertera pada tabel
4.1
3)
Menyusun dan mengembangkan silabus sesuai indikator
4)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
5)
Menyusun bahan ajar plantae (handout)
6)
Menyusun lembar kerja siswa (LKS)
7)
Menyusun atlas
8)
Menyusun lembar observasi guru untuk pengamatan kegiatan pembelajaran
9)
Menyusun lembar observasi siswa
untuk pengamatan keaktifan siswa selama pembelajaran
10)
Menyusun soal tes evaluasi berpikir kritis siklus 1
11)
Menyiapkan spesimen tumbuhan lumut
Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat tahapan
tindakan yang akan dilakukan yaitu memberikan rencana pelaksanaan pembelajaran
kepada guru untuk dikonsultasikan dan menerima masukan saran juga menjelaskan
bagaimana langkah-langkah pembelajaran sesuai model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share.
b.
Pelaksanaan(action) dan observasi(observation)
Pada tahap ini diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share. Secara
operasional langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
1)
Guru
membagi peserta didik dalam
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah setiap kelompok 2 anak (teman sebangku)
dan membagikan LKS
2)
Gurumenugaskanmasing-masing individu untuk
memikirkan jawaban yang tertera di LKS dengan mengamati spesimen lumut sebelum
berdiskusi dengan teman satu bangku. (Think)
3)
Selesai mengerjakan LKS
secara individu, guru
memandu peserta didik untuk berkelompok dengan teman sebangku untuk
mendiskusikan pertanyaan selanjutnya dan melanjutkan pengamatan
4)
Peserta didik
berpasangan dengan pasangannya yaitu teman sebangku untuk mendiskusikan LKS dan
melanjutkan identifikasi tumbuhan lumut yang disajikan. (Pair)
5)
Guru
membantu peserta didik untuk melakukan pengamatan
6)
Peserta didik bekerja
dalam kelompok untuk mendiskusikan ciri morfologi,klasifikasi, dan siklus hidup
tumbuhan lumut. Petunjuk kegiatan terdapat pada LKS
7)
Selesai berdiskusi,
pendidik menugaskan masing-masing perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil
diskusi di depan kelas (Share)
8)
Guru
memandu peserta didik dalam berdiskusi dan menegaskan jawaban yang ada di LKS
Pada saat yang bersamaan, dilakukan observasi
pelaksanaan pembelajaran meliputi observasi aktivitas guru, observasi aktivitas
siswa, dan mencatat beberapa aspek yang tidak ada pada lembar observasi pada
lembar catatan lapangan. Kolaborator melakukan tugas dokumentasi dan pengamatan
yang kemudian dicatat pada lembar catatan lapangan. Berikut adalah hasil
observasi guru:
Tabel 4.2
Perolehan Skor Aktivitas guru pada Siklus I
Aspek
|
Siklus I
|
|
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
|
Skor
|
60
|
71
|
Kriteria
|
Cukup Baik
|
Baik
|
Hasil observasi pertemuan pertama dan kedua mengalami peningkatan
meskipun belum maksimal mengingat ini adalah pertama kalinya guru menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share.
Hasil observasi selanjutnya adalah keaktifan siswa, berikut adalah tabel hasil
observasi siswa:
Tabel 4.3
Jumlah siswa yang Aktif Siklus I
Kategori
|
Jumlah
|
Presentase
|
Sangat Tinggi
|
0
|
0%
|
Tinggi
|
1
|
4,3%
|
Sedang
|
6
|
26%
|
Rendah
|
15
|
65,2%
|
Sangat Rendah
|
1
|
4,3%
|
Hasil keaktifan
menurut tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada 15 anak berada dikategori rendah.
Sedangkan hanya 1 anak berada dikategori tinggi.
c.
Refleksi
(reflection)
Pada tahap ini, peneliti dan kolaborator melakukan
diskusi terkait hasil refleksi pada siklus pertama. Adapun pada siklus pertama adalah sebagai berikut :
1)
Guru masih belum
terbiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share yang ditunjukkan oleh hasil observasi aktivitas
guru rata-rata dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua yaitu 65,5.
2)
Siswa belum bisa
sepenuhnya mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share karena selama ini masih terbiasa dengan metode
ceramah dari guru sehingga untuk hasil aktifitas keaktifan siswa masih rendah.
Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi dari 23 siswa 15 diantaranya berada
dikategori rendah dan ada 1 siswa berada dikategori sangat rendah sehingga ini
dijadikan refleksi untuk memperbaiki dan meningkatkan siswa yang masih kurang
aktif disiklus II.
3)
Siswa belum bisa
memahami pelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share. Hal ini bisa dilihat dari hasil rata-rata evaluasi siklus 1 adalah 45,74 dan rata-rata
perolehan nilai berpikir kritis adalah 11 dari skor ideal yang seharusnya
adalah 25.
4)
Hasil ketuntasan
klasikal pada siklus 1 sangat rendah yaitu hanya 13%.
3.
Pelaksanaan
Tindakan Pembelajaran Siklus II
Seperti siklus pertama siklus kedua ini terdiri dari 3 tahap, yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (action) dan observasi (observation), refleksi (reflection).
a.
Perencanaan (planning)
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan
keberhasilan pada siklus pertama, maka pada tahap perencanaan pada siklus kedua
dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1)
Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih aktif lagi dalam
pembelajaran
2)
Lebih intensif membimbing kelompok saat berdiskusi
3)
Memberikan reward bagi yang bisa mencapai nilai tertinggi di kelas
Berikut
adalah beberapa perangkat pembelajaran yang digunakan dalam siklus kedua
sebagai berikut :
1)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2)
Menyusun materi pada power point
3)
Menyusun lembar kerja siswa (LKS)
4)
Menyusun atlas yang lebih menarik dan memudahkan siswa
mengidentifikasi tumbuhan
paku
5)
Menyusun soal tes evaluasi berpikir kritis siklus 2
6)
Menyiapkan spesimen tumbuhan paku
7)
Menyiapkan angket
b.
Pelaksanaan dan observasi
1) Pendidik
membagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil (2 anak) dan membagikan LKS
2) Pendidik
menugaskan individu untuk memikirkan jawaban yang tertera di LKS dengan
mengamati spesimen paku sebelum berdiskusi dengan teman satu bangku. (Think)
3) Selesai
mengerjakan LKS secara individu, pendidik memandu peserta didik untuk
berkelompok dengan teman sebangku untuk mendiskusikan pertanyaan selanjutnya
dan melanjutkan pengamatan
4) Peserta
didik berpasangan dengan pasangannya yaitu teman sebangku untuk mendiskusikan
LKS dan melanjutkan identifikasi tumbuhan paku yang disajikan. (Pair)
5) Pendidik
membantu peserta didik untuk melakukan pengamatan
6) Peserta
didik bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan ciri morfologi,klasifikasi,
dan siklus hidup tumbuhan paku. Petunjuk kegiatan terdapat pada LKS.
7) Selesai
berdiskusi, pendidik menugaskan masing-masing perwakilan kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi di depan kelas (Share)
8) Pendidik
memandu peserta didik dalam berdiskusi dan menegaskan jawaban yang ada di LKS. Seperti yang dilakukan pada siklus pertama, pada
tahap ini dilakukan observasi untuk kegiatan aktifitas guru dan observasi
keaktifan siswa dan mencatat beberapa aspek yang tidak ada pada lembar
observasi pada lembar catatan lapangan. Pengamat melakukan tugas sebagai
dokumentasi dan mencatat hasil pengamatannya pada lembar catatan lapangan. Berikut adalah hasil observasi guru:
Tabel
4.4 Perolehan Skor Aktivitas Guru Pada Siklus 2
Aspek
|
Siklus II
|
|
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
|
Skor
|
71
|
73
|
Kriteria
|
Baik
|
Sangat Baik
|
Hasil observasi siklus II pertemuan pertama dan kedua
mengalami peningkatan yang cukup baik,
karena guru sudah mulai bisa beradaptasi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share. Hasil
observasi selanjutnya adalah keaktifan siswa, berikut adalah tabel hasil
observasi siswa:
Tabel 4.5 Jumlah Siswa yang Aktif Siklus II
Kategori
|
Jumlah
|
Presentase
|
Sangat Tinggi
|
0
|
0%
|
Tinggi
|
5
|
21,7%
|
Sedang
|
11
|
47,8%
|
Rendah
|
7
|
30,4%
|
Sangat Rendah
|
0
|
0%
|
Hasil keaktifan
menurut tabel 4.5 menunjukkan bahwa ada 5 anak berada dikategori tinggi.
Sedangkan sisanya berada dikategori sedang dan rendah. Dibandingkan dengan
siklus I, siklus II sudah mengalami peningkatan keaktifan siswa, meskipun masih
ada yang berada dikategori rendah.
c.
Refleksi
Seperti pada siklus yang
pertama, tahapan ini melakukan kegiatan berupa refleksi evaluasi terhadap
proses pembelajaran siklus kedua. Adapun hasil refleksi adalah sebagai berikut:
1)
Aktifitas guru
dalam pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share yang
ditunjukkan oleh rata-rata hasil observasi aktivitas guru dari pertemuan
pertama dan kedua siklus II adalah 72. Dengan hasil tersebut maka guru sudah
terampil dan terlatih untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. Selain itu, diharapkan
dalam pembelajaran selanjutnya guru tetap menerapkan berbagai model
pembelajaran kooperatif lainnya yang bisa menunjang proses pembelajaran.
2)
Aktifitas siswa
menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sudah mulai menunjukkan
peningkatan. Pada siklus I siswa dominan
masih berada dikategori rendah, sedangkan siklus II siswa dominan berada di
kategori sedang. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran.
3)
Hasill tes
evaluasi berpikir kritis pada silkus kedua menunjukkan kemajuan. Hal ini bisa
dilihat dari hasil rata-rata post test evaluasi mencapai 78 dan rata-rata
perolehan skor berpikir kritis 19 dari skor ideal 25.
4)
Hasil ketuntasan
klasikal pada siklus kedua meningkat yaitu 74%.
C. Pembahasan
dan Pengambilan Simpulan
Pada tahap awal pelaksanaan
penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, peneliti juga melakukan observasi
awal berupa pra tindakan. Kegiatan pra tindakan dilakukan dengan tujuan
mengetahui nilai ulangan harian siswa pada sub bab materi sebelum dilakukan penelitian.
Aktifitas siswa juga diamati dimana menunjukkan tingkat keaktifan yang sangat
rendah. Rendahnya aktifitas keaktifan siswa karena guru dalam pembelajaran
menggunakan metode ceramah saja. Dari observasi pra tindakan ini didapatkan
nilai ulangan siswa dan data aktifitas siswa yang nantinya dijadikan pembanding
antara pembelajaran biasa dengan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
pada aspek berpikir kritis.
1.
Aktifitas Guru Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Aktifitas guru pada pada
siklus 1 menunjukkan hasil yang cukup baik dengan rata-rata perolehan skor
65,5. Siklus 1 terdiri dari dua kali pertemuan, pertemuan yang pertama
aktifitas guru hanya mencapai hasil yang cukup baik, hal ini dikarenakan guru
baru pertama kali menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share di kelas, sehingga
efisiensi waktu kurang dan guru belum bisa mengkondisikan kelas pada tahap
diskusi kelompok dan pengamatan.
Pertemuan kedua aktifitas
guru sudah mengalami peningkatan dengan hasil penilaian baik. Peningkatan
terjadi karena guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran sebelumnya dan melakukan
diskusi dengan peneliti untuk memperbaiki kualitas pembelajaran sesuai sintaks
model pembelajaran. Siklus 2 aktifitas guru secara keseluruhan mencapai hasil
yang sangat baik dengan rata-rata 72. Guru berusaha untuk terus memperbaiki
diri hingga didapatkan hasil yang sesuai. Selain itu siswa juga sudah terbiasa
dengan model pembelajaran yang diterapkan sehingga memudahkan guru dalam proses
pembelajaran.
Berikut adalah adalah grafik hasil observasi guru
siklus 1 dan siklus 2 :
65,5
|
72
|
Gambar 4.1 Rata-rata hasil
aktifitas guru pada siklus I dan siklus II
2.
Aktifitas Keaktifan Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Aktifitas siswa pada
penelitian ini mengacu pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dalam
pengamatan yang dilakukan pada pra tindakan, keseluruhan siswa menunjukkan keaktifan
yang sangat rendah. Sangat rendah nya keaktifan siswa membuat siswa jadi pasif
dan tidak terlalu memperhatikan penjelasan guru. Hasil penelitian yang
dilakukan pada siklus 1, dari23 siswa 15
diantaranya berada dikategori rendah dan ada 1 siswa berada dikategori sangat
rendah
sedangkan pada siklus II siswa tidak
lagi mendominasi kategori rendah, siswa dominan berada di kategori sedang 11
siswa dan tinggi 5 siswa. Meskipun siswa masih belum secara maksimal bisa aktif didalam kelas,
dengan penerapan model pembelajaran ini, keaktifan siswa yang dahulunya sangat
rendah sedikit demi sedikit bisa meningkat.
Gambar 4.2. Hasil Keaktifan Siswa
3.
Hasil belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Ketuntasan siswa dilihat dari
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang didapatkan dari perhitungan KKM KD pada
sub bab materi plantae diperoleh hasil yaitu 68 dengan rata-rata nilai pada
siklus I 45,74 dan siklus II 78. Sedangkan pra penelitian KKM mengacu pada
sekolah yakni 70 dengan rata-rata nilai 64,61 pada sub bab ciri-ciri makhluk
hidup. Berikut adalah grafik rata-rata nilai siswa:
78
|
45,74
|
64,612
|
Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata
Hasil Belajar Siswa
Sesuai perhitungan KKM KD
pada lampiran 2, KKM yang digunakan adalah 68. KKM Individual yaitu apabila
siswa dibawah KKM maka siswa tersebut dinyatakan belum tuntas. KKM Klasikal
yaitu jumlah siswa mendapat nilai sama dengan KKM atau diatas KKM. Berikut
adalah grafik jumlah siswa yang tuntas dan yang belum tuntas:
6
|
17
|
200
|
3
|
Gambar 4.4 Grafik
ketuntasan Klasikal siswa
4.
Berpikir Kritis Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Berdasarkan hasil evaluasi
yang dilakukan pada siklus 1 dan 2 yang diperoleh dari tes evaluasi akhir
siklus berpikir kritis siwa meningkat. Pada siklus 1 rata-rata perolehan nilai berpikir kritis adalah 11
dari skor ideal yang seharusnya adalah 25. Hal ini dikarenakan siswa belum
pernah menerima soal ulangan dengan tingkat berpikir kritis yang tinggi.
Biasanya siswa mendapat soal evaluasi hanya aspek C1 dan C2 saja. Sedangkan
pada tahap tingkatan berpikir kritis siswa menerima soal evaluasi pada
tingkatan C3 dan C4. Pada siklus 2, hasil evaluasi berpikir kritis mengalami
peningkatan yakni rata-rata menjadi 19 dari skor ideal yang seharusnya 25.
Siswa yang biasanya dapat mengerjakan dengan mudah soal yang diberikan guru
sekarang mereka mampu menjawab soal yang tingkatan soal nya sudah mencapai C3
dan C4. Berikut adalah grafik rata-ratahasil evaluasi berpikir kritis siswa:
19
|
11
|
Gambar 4.5 Rata-rata Skor Hasil Evaluasi Berpikir Kritis
5.
Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Hasil
respon siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share diberikan pada akhir siklus kedua. Hasil
menunjukkan respon yang sangat baik dari
para siswa. Siswa merasa senang dengan model pembelajaran yang berbeda dari
biasanya dan menarik. Karena siswa masih terbiasa dengan metode ceramah tanpa
adanya keterlibatan siswa dalam memahami materi, dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif, diharapkan mereka lebih aktif lagi dan tidak
bergantung pada penjelasan guru saja. Berikut adalah hasil respon siswa :
Tabel
4.6 Hasil respon siswa terhadap model pembelajaran Think-Pair-Share
|
|
Jumlah siswa
yang merespon
|
Presentase
|
||
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Apakah pembelajaran yang dilaksanakan
menarik?
|
18
|
4
|
82%
|
18%
|
2.
|
Apakah pembelajaran mudah dimengerti?
|
19
|
3
|
86%
|
14%
|
3.
|
Apakah pembelajaran menyenangkan?
|
22
|
-
|
100%
|
0%
|
4.
|
Apakah kamu termotivasi untuk belajar?
|
20
|
2
|
90%
|
10%
|
5.
|
Apakah pembelajaran mendorong kamu
dalam keaktifan belajar?
|
18
|
4
|
82%
|
18%
|
6.
|
Apakah pembelajaran mendorong kamu
untuk bekerja sama dengan teman?
|
21
|
1
|
95%
|
5%
|
7.
|
Apakah media yang digunakan menarik?
|
18
|
4
|
82%
|
18%
|
8.
|
Apakah media yang digunakan dapat
membantu untuk memahami materi yang dijelaskan?
|
18
|
4
|
82%
|
18%
|
9.
|
Apakah menurut kamu soal-soal dalam tes
sesuai dengan materi yang diajarkan?
|
19
|
3
|
86%
|
14%
|
Rata-rata
|
87%
|
13%
|
Dari
sembilan pertanyaan yang tersaji dalam angket, rata-rata siswa menjawab “Ya”
mendapatkan presentase 87% dan rata-rata yang menjawab “Tidak”berjumlah 13%.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak nya presentase siswa yang
menjawab “Ya” menunjukkan siswa merasa pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Think-Pair-Share menarik,
menyenangkan, memotivasi mereka untuk belajar aktif dan bekerja sama, mudah
dimengerti, media yang digunakan menarik sehingga membantu memahami materi dan
soal-soal evaluasi dengan tingkatan beripikir kritis sesuai dengan materi yang
diajarkan.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan model belajar kooperatif siswa mampu
menemukan konsep-konsep dasar suatu materi dengan mandiri dan berdampak pada
hasil evaluasi. Siswa merasa senang dengan adanya kegiatan kelompok, selain
aktif dalam kegiatan belajar siswa juga dilatih untuk selalu menemukan hal baru
dalam materi yang akan diajarkan. Karena pembelajaran menyenangkan siswa akan
terbiasa menyambut pelajaran dengan senang hati, mereka merasa tidak sendirian
dalam mempelajari materi pelajaran karena adanya diskusi, dengan begitu mereka
akan berusaha memahami dan saling bertukar ide sehingga berpikir kritis
meningkat sekaligus dengan keaktifan siswa dalam kelas.
D. Kendala
dan Keterbatasan
Penelitian yang telah
dilaksanakan di MTs Tribakti Kunjang
kelas VII-A memiliki kendala dan keterbatasan, antara lain sebagai
berikut:
1.
Sulitnya mengkondisikan siswa saat diskusi, banyak siswa yang bermain
sendiri dan tidak berdiskusi tetapi mencontoh pekerjaan teman sebangkunya.
2.
Belum terbiasanya guru menggunakan model pembelajaran Kooperatif
terutama tipe Think-Pair-Share,
sehingga sintaks dari model pembelajaran tersebut baru bisa benar-benar
terlihat di siklus kedua
3.
Kurangnya fasilitas laboratorium di sekolah, sehingga untuk pengamatan
mikroskopis belum bisa dilaksanakan dan ini menjadi tugas tambahan guru untuk
memperjelas bagian-bagian suatu materi yang menuntut memakai mikroskop.
|
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai
keaktifan siswa dan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA sub bab materi
Plantae dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada siswa kelas VII-A
MTs Tribakti Kunjang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktifitas siswa pada pra penelitian
hingga siklus II. Pra penelitian menunjukkan keaktifan siswa yang sangat rendah
bahkan pasif, sedangkan pada
siklus 1, dari 23 siswa 15 diantaranya berada
dikategori rendah dan pada
siklus II siswa tidak lagi mendominasi kategori rendah, siswa dominan berada di
kategori sedang 11 siswa dan tinggi 5 siswa.
47
|
model Think-Pair-Share dengan tingkatan soal C3-C4 rata-rata menjadi
45,74 dan pada siklus II rata-rata 78.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka disarankan sebagai berikut:
1.
Guru IPA terpadu di MTs
Tribakti Kunjang hendaknya sering menerapkan berbagai model pembelajaran guna
menunjang keaktifan dan berpikir kritis siswa, salah satunya model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share yang
dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran IPA.
2.
Model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share memerlukan
pengawasan lebih saat proses kegiatan belajar mengajar dan kepahaman sintak
untuk proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
DAFTAR
PUSTAKA
Akbar, S. 2013. Instrumen
Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Ennis,
R H. 2001. Critical Thinking Assessment.The Ohio State University. 32, (3).(Online)(http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFiles/file/Ennis%20Critical%20Thinkin %20Assessment.pdf), diakses
tanggal 3 Februari 2016
Ennis,
R H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of CriticalThinking Dispositions and Abilities. (online) (http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNature ofCriticalThinking_51711_000.pdf), diakses
tanggal 3 Februari 2016
Finken
dan Ennis. 1993. Illinois Critical Thinking Essay Test. Illinois
Critical Thinking Project. Departement of Educational Policy Studies University
of Illinois. (online) (http://www.criticalthinking.net/IllCTEssayTestFinken-Ennis12-1993LowR.pdf),
diakses tanggal 3 Februari 2016
Fitriani, A E. 2014. Peningkatan
Keaktifan Belajar Dan Pemahaman Konsep Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas VII Semester Gasal SMP N 2 Ngemplak Tahun 2013/ 2014). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hamalik, O.
2011. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Muanisah.
2010. Profil Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka (Open Ended) di Kelas VII SMP Sunan
Ampel Menganti Gresik ( IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2010)
tidak dipublikasikan
Mukti, A A. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Otomotif 1 SMK PGRI 1 Surakarta Pada Mata Diklat Otomotif Dasar Tahun Pelajaran 2012/2013. Surakarta
Ngafifi, M., dan Siti I A. 2014. Penerapan
Model Think Pair Share Berbantuan Media Untuk
Meningkatkan Aktivitas, Sikap, dan Hasil Belajar IPS. Sukoharjo: Universitas Negeri Yogyakarta
Permitasari, F., Budi H., dan Buranda J P. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Think
Pair Share Berbasis Keterampilan Berfikir Kritis Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VII-F Smpn 18 Malang. Malang:
Universitas Negeri Malang
Purwanto, R. 2011. Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi
Sistem Koordinasi Melalui Metode Pembelajaran Teaching Game Team Terhadap Siswa Kelas Xi Ipa SMA Smart Ekselensia Indonesia Tahun Ajaran 2010-2011.
Ekselensia: Jurnal pendidikan dompet
dhuafa edisi1
Rizkina, M. 2013. Upaya
Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelompok Melalui Layanan Bimbingan Kelompok
Pada Siswa Kelas VIIIE di SMPN 19 Semarang. Semarang: Skripsi Universitas Negeri Semarang
Rusmaryanti, D. 2013. Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi Denganmodel Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) Pada Siswa Kelas
VIIIA Mts Al Huda 2 Jenawi Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Karanganyar: Jurnal Pendidikan, 22(3), Nopember 2013
Sawitri, N P E. 2013. Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Pkn Kelas V Sd
Negeri 3 Sebatu Gianyar.Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Prenada Media Group.
Vieira, R M., Celina T V, dan Isabel P M. 2011. Critical
thinking: Conceptual clarification and its importance in science education.
University of Aveiro: Portugal
.Science Education International Vol.22, No.1, March 2011, 43-54
Wijaya, R W. 2013. Implementasi Cooperative
Learning Model Tps (Think Pair
Share) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perawatan Dan Perbaikan Sistem Pemindah Tenaga Otomotif Siswa
Kelas Xi Jurusan Teknik Otomotif Smk N 2 Yogyakarta. Yogyakarta: -
Wibowo, S E. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Dengan Media Cd Pembelajaran Pada Siswa Kelas V
SDN Mangunsari Semarang. Semarang: Skripsi Universitas Negeri Semarang
Zubaidah,
S., Corebima, A D.,
dan Mistianah. 2015. Asesmen Berfikir
Kritis Terintegrasi Tes Essay. Symposium
on Biology Education
Tidak ada komentar:
Posting Komentar